Pidato-pidato bermutu dengan uraian-uraian tentang kebahasaan negara Indonesia yang masih ada dalam “bayangan” membuat naskah-naskah itu menjadi sangat istimewa, untuk mengetahui seperti apa sebenarnya cita-cita kebangsaan para pendahulu kita.
Spontanitas sangat terasa dalam suasana pertemuan yang sangat bersejarah itu. Pidato-pidato bermutu dengan uraian-uraian tentang kebahasaan negara Indonesia yang masih ada dalam “bayangan” membuat naskah-naskah itu menjadi sangat istimewa untuk mengetahui seperti apa sebenarnya cita-cita kebangsaan para pendahulu kita.
Pembahasan dalam kongres ini mendapat sambutan banyak pihak sebagai pembahasan yang sangat orisinal. Uraian Sutan Takdir Alisjahbana untuk mengatur bahasa secara lebih baik dengan menyusun tata Bahasa Indonesia baru merupakan gagasan yang maju. Uraian Mister Muhammad Yamin dan Mohammad Tabrani yang penuh dengan gagasan-gagasan kebangsaan yang kental mendapat sambutan yang hangat karena mereka sangat pandai berpidato.
“…. soedah boleh dikatakan tidak tidoer-tidoer lagi menjelesaikan segala sesoetaoenja, dan ditengah-tengah berkongres bahasa Indonesia, tiap-tiap habis rapat kongres, haroes poela mengoenjoengi rapat-rapat Perdi (Persatuan Djurnalis Indonesia), membitjarakan perkara-perkara jang penting-penting dan soelit-soelit.”
Salah satu hasil nyata setelah kongres ini adalah keputusan fraksi nasional dalam volksraad yang dipimpin Mohammad Hoesni Thamrin untuk memutuskan memakai Bahasa Indonesia dalam pandangan umum dewan yang menimbulkan reaksi negatif penguasa Belanda. []