Banten, LN – Mahasiswa Universitas Primagraha, Dansi Marwan, menyoroti dinamika dalam kontestasi pemilihan Ketua KONI Provinsi Banten yang dinilai rawan dipengaruhi oleh potensi relasi kuasa. Menurutnya, proses pemilihan seharusnya dijalankan secara transparan dan menjunjung tinggi sportifitas, bukan justru diwarnai dengan titipan kepentingan.
Pernyataan tersebut menanggapi kabar yang dikutip dari Satelit News, dimana Wakil Ketua III KONI Banten, Abdul Salam, menceritakan perjalanannya yang awalnya ingin mengusung Ketua Umum Pengprov PBSI Banten, Sudarto Adinagoro. Namun, dalam prosesnya muncul nama Wakil Gubernur Banten, Achmad Dimyati Natakusumah, yang sempat berniat maju, sebelum akhirnya meminta Salam untuk menggantikannya.
“Di situ saya juga sudah berbagai macam alasan untuk menolak. Tapi karena mungkin ini sudah jalan Tuhan yang harus saya jalani, ya akhirnya saya terima. Kan saya hanya menjalankan saja, skenario sudah ditulis sutradara terbaik,” ujar Salam dalam wawancara.
Menanggapi hal tersebut, Dansi Marwan menyebut bahwa praktik titip-menitip kandidat justru mengikis nilai utama dari sebuah pemilihan di lembaga olahraga. “KONI seharusnya menjadi teladan dalam menjunjung sportifitas. Jika proses pemilihan dipenuhi relasi kuasa, maka nilai-nilai itu hilang, dan justru memberikan contoh buruk bagi generasi muda yang berkiprah di bidang olahraga,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya transparansi dalam setiap tahapan pemilihan Ketua KONI, baik oleh Plt maupun Tim Penjaringan dan Penyaringan (TPP). Menurutnya, keterbukaan informasi publik dan akuntabilitas akan menjadi pondasi penting dalam menjaga marwah organisasi olahraga terbesar di daerah.
“Generasi muda, khususnya atlet dan mahasiswa yang aktif di bidang olahraga, membutuhkan teladan nyata dalam hal kejujuran, sportifitas, dan integritas. KONI Banten harus berdiri sebagai simbol semangat itu, bukan sekadar wadah kekuasaan,” pungkas Dansi.(Red).
