Bandung, LN – Nahdlatul Ulama akan menggelar Muhtamar Ke 34 dilampung denga spirit yang sangat luar biasa dengan konsep dan gagasan dari setiap Badan Otonomya termasuk dari para pengikut yang tidak ikut dalam forum formalnya, dengan ramainya perhelatan muhtamar ini sudah pasti akan menentukan posisi NU di kemudian hari dengan tuntutan perkembangan zaman dan situasi ekonomi, sosial, politik dan budaya gglobal maupun nasional.
Dari landasan tersebut penulis kira selama beberapa decade NU selalu memiliki banyak pengikut yang tidak ada didalam struktur Tanfidziah, Rois Suriah maupun Rais Aam dari Nasional sampai tingkat ranting dan ini jadi persoalan NU dalam Menghadapi kondisi kedepan harus ada yang menjadi jalan keluar seoran agen untuk menentukan kita siap menghadapi kondisi objektif kedepan.
NU dan Negara
Sebagai Ormas Keagamaan terbesar di Indonesia peran NU semenjak berdirinya selalu menjadi bagian penting dalam penyelenggaran negara Untuk kemajuan terbukti dari beberapa kali NU terlibat membantu dalam kemerdekan, pembentukan dasar konsep negara, mempertahankan keutuhan NKRI termasuk kontribusi dalam Pendidikan, ekonomi, sosial serta budaya dan kita tidak bisa melupakan terpilihan abdurahman wahid atau yang kita kenal gusdur ini adalah bentuk yang paling jelas bahwa perjalan NU diindonesia bukan hanya sebagai ormas keagamaan yang konservatif tapi juga terlibat dalam kemajuan bangsanya.
Dilema Struktur dan Kultur
Ada Beberapa yang menjadi dilemma NU dalam menjalankan segala urusannya.
Eksklusivitas
Ekslusifitas ini memungkinkan dimana ada kebijakan dan arah organisasi yang hanya melibatkan orang tertentu dan tanpa melakuak penyadaran serta Pendidikan bagi para pengikut NU yang tersebar diseluruh dunia, banyak anggapan yang akan menyudutkan kepada struktur NU dalam keterlibatannya soal politik dan lain lain tapi eksludifitas ini akan keluar antara positif dan negative dari para pemegang struktur dan para pengikutnya.
Puritanisasi
Banyaknya Gerakan yang terjadi diindonesia terlebih soal keagamaan banyak memasuki tubuh Nahdlatul ulama dengan pandangan ingin menghapuskan kebudayaan nasional dikarnakan akan menghilangkan kemurnian agama islam, pandangan dan Gerakan ini memang sudah terjadi sangat lama namun untuk sekarang mereka sembunyi dan menjadi pengikut NU, dengan demikian para puritan ini jika dibiarkan akan menjauhkan diri seutuhkan pada kesatuan berbangsa dan bernegara.
Solidaritas sudah Pasti bahwa rasa solidaritas Nahdliyin sangatlah kuat karna spirit pemersatunya adalah kesamaan pandangan mengenai agama dan negara, namun yang mejadi ancamannya adalah Ketika kultur para pengikut NU dan Strukturnya tidak sama dalam bersikap mengenai kenegaraan dimana kebijakan struktur tidak sesuai dengan harapan para pengikut kultur.
Kepatuhan
Jika DIlema sebelumnya tergantung kondisi atau situasinya tapi dilema kepatuhan wajib di ikuti oleh selur pengikutnya karna posisinya jika ada situasi yang melanggar norma dan aturan agama maupun negara maka semua harus patuh untuk sama sama menolak dan melakukan pembenahan.
Wewenang idiologis
Wewenang idiologis adalah wewenang yang paling jelas untuk menjamin pengikut agar tetap ada dan Bersama membangun kesadaran, namun dilema idiologi sangat kental akhir akhir ini dimata para pengikut disebabkan oleh ketidak sesuaian harapan pengikut mengenai penjelasan sikap tertentu.
Penutup
Sebagai penutup saya ingin mengajukan renungan sesuai dengan pembicaraan diatas.namun sebelumnya sesuai pembicaraan bahwa dasar konflik dilemma etis adalah soal bagaimana sesuatu kebijakan yang dikeluarkan sangat bertentangan dengan hati Nurani dan merasa bahwa hal tersebut tidak perlu dilakukan, maka saya menyarankan agar dalam muhtamar ini ada kepastian hukum sitstem nilai yang harus difahami serta disadari oleh semua warga nahdliyin seluruh dunia.
Yang Pertama Menyangkut Kultur para Pengikut Nahdlatul Ulama dari kondisi yang terjadi jelas kiranya beberapa landasan dan alasan kenapa masyarakat Indonesia lebih banyak menjadi pengikut NU dan kenapa juga mereka lebih panatik soal gerakannya termasuk Ketika tidak sepakat terhadap sesuatu yang dikeluarkan oleh struktur NU sendiri, saya kira sudah waktunya dalam moment mukhtamar ke 34 ini untuk Menyusun kemabali bagaimana hubungan para pengikut NU dengan struktur karna tantangan kita kedepan adalah komfleksifitas sosial.
Lalu Kedua, Menyangkut struktu Nahdlatul Ulama Tugas dan kewajiban yang memagang kendali atas kebijakan kedepan jelas ada dalam struktur NU maka konsep yang paling penting adalah bagaimana struktur menjamin kebebasan serta menyiapkan kemajuan.
Yang terakhir Ketiga, Dari pembicaraan diatas poin terakhir ini yang paling penting yang ingin saya sampaikan bahwa harus ada jalan ketigs dari fenomenologi Kultur pengikut NU dan Strukturasi Struktur NUnya Sendiri, kita harus keluar dari pandangan perbedaan tersebut sudah waktunya kita membuat jalan ketiga dari persoalan yang terjadi, bentuk agen yang dapat mempengaruhi struktur atau kultur di NU yang hal tersebut akan menjamin kemajuan bagi NU itu sendiri meskipun sosok ini selalu ada ditubuh NU tapi kita semua harus mulain berfikir bagaimana sosok agen dari permaslahan ini menjadi penting dan diketuahui oleh semua warga nahdliyin,serta lakukan penyadaran oelh agen bahwa jangan lagi ada pengikut kutur NU apalagi Struktu NU yang tidak sepaham dan tidak ikut patuh atas kebijakan yang dikeluarkan karna kedepan Majunya Indonesia tergantung kesiapan NU dalam membangun Organisasinya untuk membawa Indonesia kearah mana dari pertarungan demokrasinya cina, kapitalismenya amerika, dan sosial demokratiknya german, NU harus menentukan posisi dan Indonesia akan terjebak sebagai negara ketiga tanpa sekutu jika NU tidak menyiapkan organisasinya sebagai penjaga keutuhan NKRI.(Red)