Pembelajaran Mendalam : Pengalaman Belajar



Oleh : Dr. M. Asholahudin, M. Pd

Cilegon, LN – Pembelajaran dalam dunia pendidikan tidak hanya difahami sebagai proses tranfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi juga sebagai upaya membangun kesadaran, pemahaman, serta keterampilan berpikir kritis.



Seiring dengan perkembangan zaman, pendekatan pembelajaran tradisional yang bersifat satu arah dinilai kurang mampu menjawab tantangan kebutuhan kompetensi abad ke 21. oleh karena itu, lahirlah pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) yang menekankan keterhubungan makna, pemahaman konseptual, dan penerapan pengetahuan dalam konteks nyata.

Pembelajaran mendalam lahir dari pemikiran bahwa siswa belajar dengan lebih baik ketika mereka terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan. Hal ini sejalan dengan teori kontruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak diberikan secara pasif, melainkan dikontruksi melalui pengalaman, interaksi, dan refleksi. Dengan demikian, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima informasi, tetapi juga sebagai subjek aktif dalam menemukan, memahami, dan mengembangkan pengetahuan.

Latar belakang lahirnya pembelajaran mendalam juga dipengaruhi oleh tantangan global, seperti perkembangan teknologi, kebutuhan keterampilan kerja yang semakin kompleks, serta tuntutan kreativitas dan inovasi. Dunia kerja modern menuntut individu yang tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu menganalisis masalah, mengajukan solusi kreatif, serta berkolaborasi dalam tim.Pembelajaran mendalam menjadi salah satu jawaban atas tuntutan ini karena menumbuhkan berpikir kritis dan kreatif.

Pembelajaran mendalam juga berangkat dari kritik terhadap praktik surface learning atau pembelajaran dangkal. Dalam pembelajaran dangkal, siswa hanya berfokus pada hasil ujian, menghafal materi tanpa memahami makna yang lebih luas. Akibatnya, pengetahuan yang diperoleh cenderung cepat dilupakan dan tidak mampu diterapkan dalam dunia nyata. Sebaliknya, pembelajaran mendalam menekankan pentingnya keterhubungan antar konsep, sehingga pengetahuan lebih tahan lama dan fleksibel digunakan dalam berbagai konteks.

Dari berbagai argumentasi di atas dapat diusahakan dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan pengalaman belajar.
Pengalaman belajar menurut Jhon Dewey adalah sebuah proses interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam cara berpikir dan bertindak. Menurut pendapat yang lain yaitu Kolb, mendefinisikan pengalaman belajar melalui teorinya Experiential Learning Cycle yang terdiri dari empat tahap, yaitu pengalaman konkret, refleksi, konseptualisasi, dan penerapan.

Pembelajaran sejati terjadi ketika siswa melalui siklus tersebut merefleksikan pengalamannya untuk membangun pemahaman baru.
Menurut Piaget, menjelaskan pengalaman belajar yaitu terjadi ketika siswa berinteraksi dengan lingkungannya dan menyesuaikan struktur berpikirnya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Pengalaman ini membantu seseorang membangun skema pengetahuan baru.

Belajar bukan sekedar menerima informasi, tetapi juga membentuk pemahaman berdasarkan pengalaman aktif.

Gagne memberikan uraiannya tentang pengalaman belajar yaitu hasil dari proses internal yang terjadi setelah siswa mendapatkan stimulus dalam lingkungan belajarnya. Ia menekankan bahwa setiap jenis hasil belajar seperti informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik memerlukan pengalaman yang berbeda.

Biggs dan Collis menjelaskan pengalaman belajar adalah proses dimana hasil belajar siswa dapat diamati melalui struktur pemahaman yang berkembang dari tingkat sederhana menuju tingkat yang lebih kompleks. Ditegaskan juga bahwa kualitas hasil belajar dapat dinilai melalui seberapa jauh siswa mampu menghubungkan, mengintegrasikan, menggeneralisasikan pengetahuan yang diperoleh menjadi pemahaman yang bermakna.

Pengalaman belajar tidak hanya sekedar proses mengingat atau mengumpulkan informasi, tetapi juga merupakan proses membangun, dimana siswa secara aktif membangun makna dari pengalaman belajar yang dialaminya. Melalui interaksi dengan materi, tugas, dan kontek pembelajaran diharapkan siswa dapat bergerak dari pemahaman dangkal ke arah pemahaman yang lebih mendalam. Oleh karena itu, pengalaman belajar bersifat hierarkis dan progresif, menggambarkan perkembangan berpikir siswa dari tahap prestructural hingga extended abstract.

Kualitas pengalaman belajar dapat diamati dari cara siswa merespon tugas belajar. Ketika siswa memahami sebagian kecil suatu konsep, pengalaman belajarnya masih berada pada tingkat rendah. Namun ketika mampu menghubungkan berbagai aspek, membentuk pola berpikir yang utuh, dan bahkan mengaplikasikan konsep ke konteks baru, maka pengalaman belajarnya sudah mencapai tingkat tinggi. Dengan demikian pengalaman belajar mencerminkan kedalaman pemahaman yang terbentuk selama proses belajar.

Pengalaman belajar yang berkualitas juga harus memberi ruang bagi siswa untuk merefleksikan dan memperluas pemahamannya. Refleksi menjadi kunci agar siswa tidak hanya tahu apa yang dipelajari, tetapi juga bagaimana dan mengapa pengetahuan itu bermakna. Oleh karena itu, guru perlu menciptakan situasi belajar yang menantang dan bermakna agar siswa dapat mengalami tranformasi pemahaman.

Dalam hal ini pengalaman belajar bukan hanya hasil akhir, tetapi tentang proses perubahan kognitif yang menunjukkan kemajuan belajar yang sesungguhnya.

Pengalaman belajar dalam pembelajaran mendalam ada 3 (tiga) tahapan, yaitu memahami, mengaplikasi, dan merefleksi. Tahap memahami ini, siswa mulai membangun pengetahuan dengan cara menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.

Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengidentifikasi konsep utama, istilah penting, dan hubungan antar gagasan. Misalnya ketika guru menjelaskan teks naratif dalam pembelajaran bahasa Inggris, siswa diajak memahami struktur teks, unsur cerita, dan makna kosakata baru. Dalam proses memahami, guru dapat menggunakan berbagai strategi pembelajaran aktif.

Aktivitas ini membantu siswa membangun makna melalui kolaborasi dan berpikir kritis. Selain itu, guru perlu memberikan konteks yang relevan agar pemahaman siswa tidak bersifat hafalan semata, tetapi bersumber dari pengalaman nyata yang dihubungkan dengan kehidupan mereka. Tahap memahami juga menekankan pentingnya asesmen awal seperti asesmen diagnostik pemahaman konseptual, asesmen lisan atau tulisan awal, diskusi awal, peta konsep atau kartu konsep, pertanyaan reflektif, dan kuis awal. Guru dapat menilai tingkat pemahaman siswa melalui pertanyaan terbuka atau tertulis.

Umpan balik yang diberikan dapat membantu siswa memperbaiki kesalahan konseptual dan memperdalam pemahaman ke langkah selanjutnya.

Tahap kedua yaitu mengaplikasi, yaitu ketika siswa sudah mulai menggunakan pengetahuan yang telah difahami ke dalam konteks baru atau situasi praktis. Proses ini menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi, karena siswa tidak lagi mengenal konsep, melainkan mampu menggunakannya secara efektif untuk memecahkan masalah atau menghasilkan karya.

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru dapat merancang proyek, simulasi atau tugas berbasis masalah untuk mendorong siswa mengaplikasikan pengetahuan. Misalnya, setelah memahami struktur teks naratif, siswa dapat diminta menulis cerita pendek mereka sendiri dengan menggunakan struktur yang benar.

Kegiatan ini membuat siswa belajar melalui praktik dan mengalami langsung penerapan konsep yang telah dipelajari. Proses mengaplikasi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Siswa tidak hanya meniru contoh yang diberikan guru, tetapi berusaha menyesuaikan dan memodifikasi pengetahuan sesuai kebutuhan konteksnya. Guru di sisi lain perlu memberikan bimbingan agar aplikasi yang dilakukan tetap berada dalam jalur konseptual yang benar.

Selanjutnya tahap yang terakhir adalah merefleksi. Tahapan ini adalah proses ketika siswa meninjau kembali pengalaman belajar yang telah dijalani untuk memahami makna, keberhasilan, maupun kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran.

Refleksi menjadi sarana bagi siswa untuk berpikir secara kritis tentang apa yang telah mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, dan sejauhmana pembelajaran itu berpengaruh terhadap cara berpikir dan bertindak. Dalam konteks ini, refleksi tidak hanya berfungsi sebagai evaluasi diri, tetapi juga sebagai proses metakognitif yang mendorong kesadaran belajar secara lebih mendalam.

Dalam pembelajaran mendalam, refleksi menjadi kunci untuk mengubah pengalaman menjadi pemahaman yang bermakna. Siswa tidak hanya mengingat materi, tetapi menilai kembali keterkaitan antara konsep, pengalaman, dan konteks kehidupan nyata. Sebagai conntoh, setelah menyelesaikan proyek atau diskusi kelas, siswa diajak menganalisis bagaimana konsep yang dipelajari relevan dengan situasi sosial di luar kelas. Proses ini memperkuat integrasi antara pengetahuan teoritis dan penerapan praktis, yang merupakan ciri utama dari pembelajaran mendalam. Refleksi juga mengajarkan siswa menjadi pembelajar yang otonom dan sadar diri.

Mereka belajar mengenali gaya belajar, strategi efektif, dan area yang masih perlu ditingkatkan. Proses ini menumbuhkan sikap tanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri serta kemampuan berpikir reflektif yang berkelanjutan. Dengan demikian, pengalaman belajar tidak berhenti pada penguasaan materi, tetapi berkembang menjadi kesadaran untuk terus belajar, beradaptasi, dan memperbaiki diri sepanjang hayat.

Pengalaman belajar dalam proses pembelajaran mendalam menekankan proses aktif siswa dalam memahami, mengaplikasi, dan merefleksi pengetahuan secara bermakna. Melalui pembelajaran mendalam, siswa tidak hanya berfokus pada hasil akhir atau pencapaian nilai, tetapi lebih pada proses membangun pemahaman yang utuh dan kontekstual terhadap materi yang dipelajari.

Interaksi antara guru, siswa, dan lingkungan belajar mennciptakan ruang bagi terbentukya kemampuan berpikir kritis, kreatif, serta kesadaran diri dalam belajar. Pengalaman belajar juga membentuk karakter siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat.(Red)

Opini Oleh : Dr. M. Asholahudin, M. Pd ( Kepala SMPN Satu Atap Cilegon Dan Dosen Universitas Al- Khairiyah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *